Site icon Bambang Soesatyo

Akbar Tanjung: KAHMI Harus Dukung Kadernya Maju Calon Ketua Umum Golkar

JAKARTA – Mantan Ketua Umum Partai Golkar berharap kader-kader KAHMI yang tersebar di berbagai partai politik bisa mencapai posisi puncak sebagai ketua umum. Sehingga, bisa lebih mewarnai kancah politik di Indonesia.

“Saya dengar Adinda Bambang Soesatyo yang saat ini Ketua DPR ingin maju sebagai Ketua Umum Partai Golkar. Saya pernah menjadi Ketua Umum Partai Golkar karena kepandaian dan kemampuan saya. Jadi kalau ingin menjadi Ketua Umum Partai Golkar harus lah pandai-pandai. Saya dukung karena kita sepakat kader-kader kita harus menduduki berbagai posisi penting,” ujar Akbar Tanjung dalam sambutan di acara Halal Bilhalal Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI), di Rumah Dinas Ketua DPR RI, Jakarta, Kamis malam (27/6) yang disambut tepuk tangan hadirin. 

Hadir dalam acara tersebut selain Ketua Dewan Penasehat KAHMI Akbar Tandjung dan Ketua DPR RI Bambang Soesatyo juga hadir Koordinator Presidium KAHMI Hamdan Zoelva, Prof Dr Siti Zuhro, Bomer Pasaribu, Viva Yoga beserta Presidium KAHMI lainnya, Rektor Universitas Airlangga Prof. Dr. Mohammad Nasich, Anggota Komisi III DPR RI Nasir Jamil dan Taufik Abdullah, Ketum HIPMI Bahlil Lahadalia serta anggota HMI dan KAHMI lainnya.

Ketua Dewan Penasehat KAHMI Akbar Tandjung mengaku bangga dengan banyaknya kader-kader KAHMI yang menduduki posisi penting di pemerintahan dan berbagai bidang profesi. Sebut saja Koordinator Presidium KAHMI Hamdan Zoelva yang pernah menjadi Ketua Mahkamah Konstitusi atau Bamsoet yang saat ini menjadi Ketua DPR RI.

“Pengkaderan di HMI melalui latihan kader (LK) selama ini sudah berjalan baik. Pengkaderan yang dilakukan di HMI tidak hanya bertujuan mencetak tokoh organisasi saja. Lebih jauh, pengkaderan yang dilakukan bertujuan untuk menghasilkan kader HMI yang mampu menduduki berbagai posisi penting di bidang politik, sosial, kemasyarakatan serta profesi,” urai Akbar.

Sementara Ketua DPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) dalam sambutannya meminta KAHMI menjadi mediating force untuk terjadinya rekonsiliasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Apalagi, banyak tokoh KAHMI dan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang memegang peranan penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. 

“Sebagai contoh, saya alumni HMI keempat yang menempati rumah jabatan di komplek pejabat negara Widya Chandra ini. Yang paling lama adalah Bang Akbar Tandjung, mulai sejak Menteri sampai menjadi Ketua DPR RI. Kemudian dilanjutkan Pak Marzuki Ali, lalu Kang Ade Komaruddin dan sekarang saya. Ini tentu menarik untuk menjadi renungan bagi kita semua keluarga besar HMI,” urai Bamsoet.

Bamsoet yang pernah menjabat sebagai Bendaraha Umum Partai Golkar periode Aburizal Bakrie Ketua Umum 2014-2016 Itu menambahkan, KAHMI dan HMI punya networking yang sangat kuat, yang bisa menjadi kekuatan dalam membangun bangsa. Sumber daya alumni HMI sangat luar biasa, tinggal digerakkan agar menjadi kekuatan yang produktif untuk memajukan bangsa dan negara. 

“Mau mencari profesor banyak, doktor sangat banyak, master atau pasca sarjana apalagi. Mau cari profesi apa saja juga ada. Karenanya, akademisi, intelektual dan kaum profesional yang ada di HMI dan KAHMI harus menjadi lokomotif perubahan,” tutur Bamsoet.

Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia 2015-2020 ini memandang, jika alumni HMI ingin terus berperan dalam segala bidang kehidupan, maka sumber mata airnya tidak boleh mati. Dengan kata lain kaderisasi HMI harus dipelihara supaya tetap subur. HMI harus hidup baik di kampus negeri maupun swasta.

“Itulah misi utama alumni HMI, tugas pokok KAHMI dan tugas kita semua. Jangan sampai organisasi KAHMI semakin besar, alumninya semakin hebat, tetapi justru HMI-nya tidak berkembang. Jangan sampai kepeloporan HMI tidak terdengar lagi di dunia kemahasiswaan dan kepemudaan. Kalau sampai hal ini terjadi, maka yang salah adalah alumninya,” jelas Bamsoet.

Karenanya, Kepala Badan Bela Negara FKPPI ini meminta agar basis HMI di kampus-kampus harus dirawat dengan baik. Para alumni yang ada di kampus-kampus, terutama yang menjadi rektor, dekan fakultas maupun yang menjadi dosen, hukumnya fardhu a’in untuk memfasilitasi dan membina adik-adiknya agar HMI tetap hidup, tumbuh subur dan terus berkembang.

“HMI sendiri harus mampu melakukan transformasi. Sekarang kita berada di era Revolusi Industri 4.0, semua serba internet, serba online dan serba digital. Dalam era disruption dewasa ini, motonya bukan lagi yang besar mengalahkan yang kecil, tapi yang cepat mengalahkan yang lambat. Jika HMI tidak cepat melakukan perubahan, maka ia akan tergilas oleh perkembangan zaman,” pungkas Bamsoet. (*)

Exit mobile version