Bamsoet Ajak PMKRI Atasi Persoalan Bangsa
JAKARTA – Ketua MPR RI Bambang Soesatyo menekankan tidak lama lagi, dalam hitungan tujuh hari ke depan bangsa dan negara Indonesia akan memperingati sekaligus merayakan Hari Kemerdekaan yang ke-75 Tahun. Usia tiga perempat abad seharusnya cukup mendewasakan sebagai sebuah bangsa dalam mengarungi dinamika dan laju peradaban zaman. Kiranya peringatan dan perayaan hari kemerdekaan ini tidak hanya dimaknai sebagai euforia momentum sejarah, melainkan juga harus menjadi sarana kontemplasi dan perenungan yang mendalam, khususnya bagi generasi muda.
“Sejarah bangsa Indonesia telah mencatat kiprah para pemuda Indonesia dalam perjuangan kemerdekaan, antara lain Bung Tomo, Bung Hatta, Ir. Soekarno, Sutan Syahrir, dan tak terhitung lagi banyaknya pemuda tanpa nama, yang rela mengorbankan harta, mempertaruhkan nyawa, demi mewujudkan satu cita bersama yaitu Indonesia Merdeka,” ujar Bamsoet saat mengisi Sosialisasi Empat Pilar MPR RI kepada pengurus Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), secara virtual dari Ruang Kerja Ketua MPR RI, Jakarta, Senin, (10/8/20).
Pengurus PMKRI yang hadir antara lain Ketua Presidium Benediktus Papa dan Sekjen Tri Natalia Urada.
Mantan Ketua DPR RI ini menilai, kemerdekaan yang diraih dengan peluh keringat dan tetes darah para pejuang pahlawan bangsa, bukanlah sebuah tujuan akhir. Kemerdekaan adalah pintu gerbang untuk mewujudkan negara yang bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Karena itu, diperlukan konsepsi kebangsaan dan kenegaraan, antara lain yang berkaitan dengan dasar falsafah negara, konstitusi negara, bentuk negara, dan wawasan kebangsaan yang sesuai dengan karakter ke-Indonesiaan.
“Peran generasi muda juga sangat penting, baik sebagai generator pembangunan maupun sebagai agen perubahan yang mendorong lahirnya inovasi. Terlebih di masa pandemi Covid-19 saat ini, peran generasi muda menjadi semakin penting, khususnya sebagai sumberdaya potensial yang dapat mendukung kinerja pemerintah dalam mengatasi dampak pandemi,” tandas Bamsoet.
Kepala Badan Bela Negara FKPPI ini juga menyoroti modernitas yang menghadirkan tantangan kebangsaan yang muncul dengan berbagai dimensinya. Misalnya, melemahnya rasa toleransi dalam keberagaman, demoralisasi generasi muda bangsa, memudarnya identitas dan karakteristik bangsa, masih tingginya kesenjangan sosial, hingga masalah ancaman kedaulatan negara di tengah cengkeraman hegemoni ekonomi-politik dunia.
“Upaya untuk senantiasa menjaga kebersamaan, persatuan, persaudaraan, harmoni dan toleransi dalam keberagaman adalah perwujudan terbentuknya kembali jati diri bangsa sebagai fitrah kebangsaan. Dalam spektrum yang lebih luas, upaya kita melawan ancaman kemiskinan, keterbelakangan, kesenjangan, dan berbagai ketertinggalan bangsa adalah juga bentuk perjuangan kembali kepada jati diri bangsa sebagai satu kesatuan tujuan bangsa,” pungkas Bamsoet. (*)