Site icon Bambang Soesatyo

Bamsoet Apresiasi Berdirinya Lembaga Think Tank BS Center Pimpinan Achmadi Noor Supit dan Prof Didin Damanhudi

JAKARTA – Ketua MPR RI Bambang Soesatyo mengapresiasi berdirinya think tank ‘Brain Society Center (BS Center)’ pimpinan Achmadi Noor Supit (mantan Ketua Komisi XI DPR RIbdan Ketua Banggar DPR RI) dan Prof Didin Damanhudi (Guru Besar IPB), yang bergerak dalam empat ruang lingkup utama. Pertama, riset dan kajian. Kedua, seminar dan diskusi. Ketiga, pemrosesan data. Dan, keempat publikasi. Fokus utamanya terhadap isu ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, hukum, dan demokrasi.

“Kehadiran BS Center diharapkan mampu mengisi ruang partisipasi publik. Khususnya dalam melahirkan ide segar dan bernas dengan perspektif yang holistik dan pemikiran yang komprehensif. Sehingga bisa menawarkan alternatif dan solusi atas berbagai persoalan yang dihadapi bangsa Indonesia,” ujar Bamsoet dalam peluncuran BS Center, di Jakarta, Selasa (10/11/20).

Turut hadir antara lain Wakil Ketua Komisi III DPR RI/Bendahara Umum Partai Nasdem Ahmad Sahroni, Anggota Ketua MKD DPR RI/Sekretaris Jenderal Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Aboe Bakar Al Habsyi, Rektor Universitas Indonesia Prof. Ari Kuncoro, Rektor Universitas Hasanuddin Prof. Dwia Aries Tina Pulubuhu, dan Dosen Universitas Paramadina Prof. Abdul Hadi, serta Wakil Kepala Kepolisian Republik Indonesia 2011-2013 Komjen Pol (purn) Nanan Soekarna.

Ketua DPR RI ke-20 ini berharap BS Center sebagai lembaga think tank mampu mendiskusikan, mengkritisi, dan menyodorkan gagasan dan pemikiran yang konstruktif atas berbagai isu-isu aktual dan strategis. Kehadiran BS Center juga diharapkan mampu mengemban misi untuk membantu mengedukasi dan mensosialisasikan kebijakan publik melalui kajian mendalam untuk menawarkan alternatif dan solusi.

“Saya juga merasa banga bahwa di awal kelahirannya, BS Center langsung menghadirkan hasil riset perdana yang sangat relevan dengan kontekstual, dengan tajuk ‘Vaksin Covid-19 dan Arah Pemulihan Ekonomi Indonesia’. Semoga ke depan, BS Center tidak saja semakin produktif melahirkan hasil riset dan penelitian, tetapi juga turut memberi warna kehidupan demokrasi di tanah air, dan memberi kontribusi positif bagi kemajuan bangsa dan negara,” kata Bamsoet.

Sementara itu, Ketua Umum BS Center Ahmadi Noor Supit menjelaskan, BS Center berisi akademisi dan pakar dengan berbagai keahlian. Ketua Pelaksana/Ketua Dewan Pakar dipegang Prof. Dr. Didin Damanhuri (ahli ekonomi politik). Anggotanya terdiri dari Prof. Dr. Arif Satria (ahli ekologi politik), Prof. Dr. Hamdan Zoelva, SH (ahli hukum), Prof. Dr. Yandra Arkeman (ahli teknologi dan industri 4.0), Prof. Dr. Muhammad Firdaus (ahli ekonomi pertanian), Prof. Dr. Amran Razak (ahli kesehatan masyarakat), Dr. Alfan Alfian (ahli politik), serta Dr. P. Setya Lenggono (ahli sosiologi).

“Ada juga Dr. Laura Navika Yamani (ahli epidemiologi), Awalil Rizki (ahli ekonomi makro), Irvan Rahardjo, SE, MM (ahli keuangan asuransi), Ana Mustamin S.Sos, M.Si (ahli komunikasi), Auhadillah Azizy, S.Pi, M.Si (ahli ekonomi kelautan), dan Bhima Yudistira Adhinegara, SE, M.Ec (ahli ekonomi pembangunan),” ungkap Supit.

Supit menegaskan, sebagai lembaga think tank, BS Center terbebas dari kepentingan politis dan tak berafiliasi ke partai politik maupun golongan tertentu. Independensi maupun kualitas BS Center tak perlu diragukan, karena  diisi para akademisi dan pakar dengan rekam jejak yang jelas.

“BS Center berdiri atas nama ilmu pengetahuan untuk membantu mencerdaskan kehidupan bangsa. Karenanya, hasil riset dan kajiannya murni ditujukan untuk kepentingan bangsa dan negara. Bukan untuk kepentingan politis segelintir elite ataupun golongan,” jelas Supit.

Supit menambahkan, selain diisi para akademisi dan pakar, BS Center juga akan diisi para milenial yang mempunyai ide segar dan kreatifitas tanpa batas. Kombinasi para akademisi dan pakar dengan milenial diharapkan dapat melahirkan gagasan cemerlang bagi pembangunan bangsa dan negara.

“BS Center ingin menjadi bagian dalam mempersiapkan Indonesia memasuki 100 tahun kemerdekaan pada tahun 2045 (Indonesia Emas 2045). Pada saat itu, Indonesia sudah harus menduduki peringkat 5 pendapatan domestik bruto (PDB) terbesar dunia, dengan pertumbuhan ekonomi mencapai 5,7 persen, PDB per kapita mencapai USD 23.199, pertumbuhan peranan investasi 6,4 persen, pertumbuhan peranan industri 6,3 persen, dan pertumbuhan peranan pertanian 3,2 persen. Persiapannya harus dimulai sejak sekarang,” pungkas Supit. (*)

Exit mobile version