JAKARTA – Ketua MPR RI Bambang Soesatyo mengajak PT Jakarta Monorail, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, dan juga pemerintah pusat melalui Kementerian BUMN serta Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, untuk segera duduk bersama mencari jalan keluar terbaik dalam menyelesaikan proyek pembangunan Jakarta Monorail. Mengingat proyek pembangunannya sudah direncanakan sejak lama. Dimulai pada masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri, yang meresmikan pembangunan konstruksi Jakarta Monorail bersama Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso pada 14 Juni 2004.
Pada tahun 2008, karena satu dan lain hal, Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo menyetop proyek tersebut. Pada Juni 2013, saat DKI Jakarta dipimpin Gubernur Joko Widodo, pengerjaan proyek Jakarta Monorail kembali dilanjutkan. Bahkan pada 3 Oktober 2013, PT Jakarta Monorail sepakat bekerjasama dengan BUMN China, China Communication Construction Company Ltd (CCCC) untuk mengembangkan proyek Jakarta Monorail. Penandatanganan kesepakatan kerjasama disaksikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden China Xi Jinping di Shangrila Hotel, Jakarta. Sayangnya, proyek pembangunan kemudian terhenti kembali pada tahun 2014 saat DKI Jakarta dipimpin Gubernur Basuki Tjahaja Purnama. Hingga berganti kepemimpinan kepada Gubernur Anies Baswedan, nasib pembangunan proyek Jakarta Monorail juga belum mendapatkan titik terang.
“Sebelum proyek terhenti, konsorsium telah membangun tiang Jakarta Monorail hingga mencapai 90 unit. Tersebar di sepanjang Jalan Rasuna Said dan Jalan Asia Afrika. Investasi yang dikeluarkan sudah mencapai Rp 300-400 miliar. Total investasi yang diperlukan mencapai USD 1,5 miliar atau sekitar Rp 15-16 triliun, sepenuhnya tidak menggunakan APBN/APBD, murni business to business. China Communication Construction Company Indonesia (CCCI) sebagai perpanjangan tangan dari China Communication Construction Company Ltd (CCCC) sudah menyiapkan uangnya. Hanya perlu membereskan beberapa hal dari sisi Indonesia, setelah itu pembangunan Jakarta Monorail bisa segera diselesaikan. Bahkan ditargetkan selesai sebelum tahun 2024,” ujar Bamsoet usai menerima jajaran direksi CCCI, di Ruang Kerja Ketua MPR RI, Jakarta, Senin (29/11/21).
Direksi CCCI yang hadir antara lain, President Director Wang Wei, Business Development Director Titien S. Syukur, Marketing Director Fan Wenhua, dan Marketing Specialist Larisa Isara. Turut hadir Direktur PT Jakarta Monorail Sukmawati Syukur.
Ketua DPR RI ke-20 ini menjelaskan, Jakarta Monorail direncanakan memiliki 28 stasiun dengan 2 depot. Panjang lintasan mencapai 28 Km. Sepanjang 14,3 Km berada di lintasan Green Line yang memiliki 15 stasiun dengan 1 depot. Rute yang dilalui antara lain Stadion Madya – Palmerah – Pejompongan – Karet Interchange – Sudirman Dukuh Atas – Setiabudi Utara – Kuningan Sentral – Casablanca Interchange – Patra Kuningan – Gatot Subroto – Satria Mandala – Komdak – SCBD – Gelora Bung Karno – Asia Afrika – dan berakhir di Depot Setiabudi Utara.
“Sepanjang 13,7 Km Jakarta Monorail lainnya berada di Blue Lines yang memiliki 13 stasiun dengan 1 depot. Rute yang dilalui antara lain Kampung Melayu – Tebet – Menteng Dalam – Casablanca Interchange – Prof. Dr. Satrio – Sudirman Sampoerna – Menara Batavia – Karet Interchange – Tanah Abang – Cideng – Kyai Caringin – Tomang – Taman Anggrek – dan berakhir di depot Banjir Kanal Barat,” jelas Bamsoet.
Kepala Badan Hubungan Penegakan Hukum, Keamanan dan Pertahanan KADIN Indonesia ini menerangkan, berbagai rute yang dilalui Jakarta Monorail juga dilintasi oleh MRT, Transjakarta, hingga Commuter Line (KRL). Sehingga sangat membantu mobilitas warga, mendorong warga untuk tidak lagi menggunakan kendaraan pribadi. Sekaligus menunjukan kepada dunia, bahwa pembangunan transportasi massal di Indonesia tidak kalah dengan berbagai negara maju dunia lainnya seperti Singapura, Malaysia, Thailand, China, Hongkong, dan Jepang.
“Penyelesaian proyek Jakarta Monorail juga bisa membantu merapikan keuangan PT Adhi Karya. Sekaligus menunjukan kepada dunia bahwa perusahaan konstruksi milik negara, telah sukses menjadi bagian dalam pembangunan transportasi massal. Sehingga kedepannya tidak ada lagi investor yang khawatir dalam berinvestasi di Indonesia, khususnya dalam menggandeng BUMN sebagai mitra investasi,” pungkas Bamsoet. (*)