Hanya berselang waktu beberapa bulan dari peluncuran buku ke 14 “Dari Wartawan Ke Senayan”, kini Ketua DPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) akan kembali menerbitkan buku yang ke 15. Buku karya Bamsoet ini berjudul “Akal Sehat”.
Politisi Partai Golkar ini mengatakan, buku ini berisi tentang akal sehat bangsa Indonesia yang saat ini tengah diuji, apakah mampu berpikir secara jernih dan jujur, ataukah hanya diisi oleh syahwat kekuasaan, amarah dan kebencian pada kelompok yang berbeda dengannya?
Sebagai contoh terang Legislator Dapil VII Jawa Tengah yang meliputi Kabupaten Purbalingga, Banjarnegara, dan kebumen ini, pernyataan tentang petani, nelayan, maupun rakyat di pedesaan tidak membutuhkan infrastruktur. Mereka tidak makan semen dan pasir. Ungkapan ini menurut Bamsoet tidak tepat dan melawan akal sehat. Justru, karena adanya infrastrukturlah, petani, nelayan, dan rakyat di pedesaan jadi mudah mendistribusikan produknya.
Lebih lanjut Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia mengungkapkan, pemerataan infrastruktur memungkinkan terjadinya distribusi kesejahteraan hingga daerah-daerah terpencil. Dimana mereka yang tinggal di desa atau dipinggir kota, tidak perlu mengontrak atau kos di kota hanya untuk keperluan bekerja atau semacamnya, karena antara kota dan desa dapat ditempuh dengan waktu yang cepat tidak lagi berpuluh jam dan mempertaruhan nyawa di jalan yang krodit.
Namun ada yang patut dikritisi menurut Bamsoet, insfrastruktur jalan tol yang dibangun selama ini belum memperhatikan kebutuhan mayoritas rakyat kita yang belum beruntung memiliki mobil dan masih mengandalkan moda transportasi kendaraan roda dua atau motor. Singkat kata, Jalan tol yang dibangun hanya untuk orang kaya.
Maka dari itu tutur Bamsoet, akan lebih adil jika di jalan tol yang akan dibangun nanti, atau jalan tol yang sudah ada dan lahannya masih memungkinkan, sebaiknya juga dibangun jalur khusus untuk motor. Seperti misalnya jalan tol Cawang atau Halim-Bekasi, Halim-Bogor atau tol Salatiga-Semarang. Mereka yang tinggal di daerah-daerah itu yang biasanya menempuh jalan berjam-jam pakai motor dengan pertaruhan nyawa karena berbaur dengan mobil dan truk, dengan tol cukup menempuh dalam waktu 30-60 menit. Tidak perlu kontrak atau kos di kota. Mereka bisa pulang-pergi.
Bagi Kepala Badan Bela Negara FKPPI, menegakkan akal sehat berarti menjaga nuraninya untuk tidak menempatkan diri dalam kebohongan atau persengkongkolan, serta selalu berorientasi pada kepentingan rakyat.
Udara Politik yang Kotor dan Menyesakkan
Buku Bamsoet ini juga bercerita tentang kondisi politik tanah air yang masih diselimuti udara politik semakin kotor dan menyesakkan. Dimana, masing-masing kubu pendukung Capres atau Cawapres hanya meributkan isu-isu yang nyaris tidak substansial, dan juga tidak esensial. Akibatnya, kampanye Pilpres tahun ini dinilai kurang bermutu. Alih-alih mendidik dan mencerdaskan generasi milenial, isu-isu kampanye yang digoreng secara berulang-ulang justru cenderung menyesatkan.
Disisi lain kata mantan ketua Komisi III DPR RI, peta kekuatan ekonomi juga telah berubah. Telah muncul prediksi bahwa Cina akan menjadi kekuatan nomor satu perekonomian dunia. Penetrasi kekuatan ekonomi Cina tampak nyata di berbagai belahan dunia. Artinya, dinamika tantangan bagi orang muda Indonesia masa kini tidak sama dengan tantangan yang dihadapi orang tua mereka pada zamannya.
Oleh sebab itu Bamsoet menilai, Indonesia butuh pemimpin yang mampu membaca dan memahami perubahan zaman dengan segala tantangannya. “Dari pemahaman itu, para pemimpin masyarakat dituntut mampu memberi ruang dan waktu bagi generasi milenial mempersiapkan diri, agar pada waktunya nanti mereka mampu merespons tantangan. Apakah kita masih tetap mengabaikan akal sehat kita hanya untuk kekuasaan?” tutup Bamsoet
Simak ulasan tajamnya di dalam buku terbaru Bamsoet ke-15, kumpulan tulisan sepanjang 2018 dan refleksi kritis Bamsoet.