Bamsoet: Universitas Terbuka Pionir Inovasi Pendidikan Jarak Jauh

4
Sep

Bamsoet: Universitas Terbuka Pionir Inovasi Pendidikan Jarak Jauh

JAKARTA – Ketua MPR RI Bambang Soesatyo menilai, sejak berdiri pada 4 September 1984, hingga kini memasuki usia ke-37 tahun, Universitas Terbuka telah menjadi pionir dalam inovasi pendidikan jarak jauh, melalui pengembangan pembelajaran tutorial online, tutorial webinar, bahkan telah berhasil mengembangkan ujian berbasis online proctoring. Memberikan kesempatan yang luas bagi masyarakat untuk memperoleh pendidikan tinggi yang berkualitas, terutama bagi masyarakat yang berada di berbagai daerah terdepan, terluar, dan tertinggal, yang masih kesulitan mengakses pendidikan.

“Badan Pusat Statistik mencatat Angka Partisipasi Kasar Perguruan Tinggi (APK-PT), yang menggambarkan jumlah masyarakat yang dapat melanjutkan pendidikan tinggi, pada tahun 2020 baru sekitar 30,85 persen. Tertinggal dibanding Malaysia yang mencapai 50 persen dan Singapura yang lebih dari 70 persen. Karenanya keberadaan Universitas Terbuka harus didukung oleh berbagai pihak, karena bisa menjadi solusi dalam memudahkan masyarakat mengakses pendidikan tinggi, sehingga bisa berkontribusi dalam menaikan APK-PT Indonesia,” ujar Bamsoet bersama Wakil Presiden RI Prof Dr KH Maruf Amin saat memberikan sambutan dalam acara Puncak Dies Natalis ke-37 Universitas Terbuka dan Diskusi Ilmiah, Pekan Olahraga dan Seni Nasional 2021, secara daring di Jakarta, Sabtu (4/9/21).

Turut hadir jajaran sivitas akademika Universitas Terbuka, antara lain Rektor Prof. Ojat Darojat, Ketua Senat Prof. Hanif Nurcholis, Ketua Dewan Guru Besar Prof. Tian Belawati, dan Ketua Ikatan Alumni yang juga menjabat Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Jendral TNI (Purn) Dr. Moeldoko.

Ketua DPR RI ke-20 yang juga Dosen Tetap Non ASN ini menjelaskan, Universitas Terbuka juga berperan besar memfasilitasi berdirinya Indonesia Cyber Education Institute (ICE Institute), tempat bagi para institusi pendidikan untuk menyediakan berbagai mata kuliah secara daring yang dimanfaatkan mahasiswa. ICE Institute terdiri dari 14 institusi pendidikan, baik negeri maupun swasta, dipimpin Universitas Terbuka sebagai Ketuanya.

“Selain menjangkau seluruh wilayah Indonesia, Universitas Terbuka juga dan telah menjalin kerjasama dengan KBRI di 42 negara untuk memfasilitasi layanan pendidikan bagi warga negara Indonesia yang tinggal atau bekerja di luar negeri,” jelas Bamsoet.

Mahasiswa Program Doktoral Ilmu Hukum Universitas Padjadjaran (UNPAD) ini menerangkan, UT memiliki mahasiswa aktif lebih dari 312 ribu dan telah melahirkan 1,8 juta alumni, menjadikan Universitas Terbuka sebagai salah satu institusi pendidikan yang juga memiliki kekuatan sosial sangat besar. Kekuatan tersebut harus bisa dimanfaatkan untuk membangun bangsa, salah satunya dengan turut terlibat dalam mensukseskan vaksinasi ideologi berupa Sosialisasi Empat Pilar MPR RI.

“Mengingat dalam konteks kehidupan modern, lompatan kemajuan teknologi informasi yang berpadu dengan arus globalisasi, akan sangat berpengaruh pada pergeseran nilai dan norma sosial. Bila kita tidak waspada, nilai-nilai asing yang terbawa arus globalisasi tersebut pada akhirnya akan dapat merongrong jati diri, tradisi, budaya, moralitas serta nilai-nilai kearifan lokal yang seharusnya menjadi warisan bagi generasi muda,” pungkas Bamsoet. (*)

Leave a Reply