BANJARNEGARA – Ketua MPR RI sekaligus Wakil Ketua Umum Partai Golkar dan Wakil Ketua Umum FKPPI/Kepala Badan Bela Negara FKPPI Bambang Soesatyo menuturkan perkembangan zaman adalah sebuah keniscayaan yang tidak mungkin dihindari. Seiring perjalanan waktu, tatanan kehidupan akan terus mengalami pergeseran dan perubahan, melahirkan paradigma baru pada berbagai aspek kehidupan. Rangkaian momentum sejarah akan melahirkan ragam peradaban dan membentuk periodisasi zaman, dimana pada setiap periodisasi zaman akan menghadirkan tantangan yang terus berkembang secara dinamis.
“Perkembangan zaman akan berdampak pada pergeseran paradigma, dimana kemajuan teknologi mengubah tatanan konvensional yang sebelumnya kita asumsikan sebagai sebuah standar kemapanan. Perkembangan zaman juga membawa dampak pada aspek kehidupan sosial, dimana masyarakat menjadi semakin cenderung bersikap individualistik,” ujar Bamsoet dalam Sosialisasi Empat Pilar MPR RI hari ke-8 dalam kunjungannya ke Dapil-7 Jawa Tengah bersama Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan dan Putra Putri TNI-POLRI (FKPPI) Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah, Kamis (25/1/24).
Hadir antara lain Ketua FKPPI Banjarnegara Heron Kristanto, Sekretaris FKPPI Banjarnegara Agus Pamuji serta para anggota FKPPI Banjarnegara.
Ketua DPR RI ke-20 dan mantan Ketua Komisi III DPR RI bidang Hukum, HAM, dan Keamanan ini memaparkan, fakta bahwa kemajuan teknologi menawarkan kemudahan dalam banyak hal, sedikit banyak telah mengurangi interaksi sosial antar sesama. Dalam hal ini, kemajuan teknologi telah mereduksi ketergantungan terhadap peran individu lain dalam sistem sosial kemasyarakatan. Dari sinilah sikap egois dan anti sosial dapat tumbuh berkembang dan membudaya dalam kehidupan masyarakat.
“Menonjolnya individualisme dalam sistem sosial, mau tidak mau, suka tidak suka, pasti akan berpengaruh pada tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara kita. Sampai pada tahap ini, mungkin akan timbul pertanyaan, lalu di mana peran Pancasila sebagai pandangan hidup, ideologi dan dasar negara?,” kata Bamsoet.
Dosen pascasarjana Politik dan Strategi Keamanan Universitas Pertahanan RI (UNHAN) dan Kepala Badan Polhukam KADIN Indonesia ini menjelaskan, Pancasila hanya akan bermakna ketika kehadirannya dapat dirasakan dalam setiap denyut nadi dan tarikan nafas kehidupan masyarakat. Pancasila harus diwujudkan dalam bentuk tindakan nyata agar tidak menjadi konsep yang hanya hidup di awang-awang, atau hanya menjadi hapalan rumusan sila-sila di luar kepala.
“Saat ini di tengah tekanan arus globalisasi di era disrupsi, dimana informasi global dapat dengan leluasa kita akses tanpa filter, maka membumikan Pancasila akan dihadapkan pada berbagai tantangan. Atas nama modernitas zaman, globalisasi telah menawarkan nilai-nilai, faham, konsep dan gagasan yang dikemas seakan-akan ‘lebih menarik’ daripada nilai-nilai Pancasila,” urai Bamsoet.
Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila dan Ketua Umum Ikatan Motor Indonesia ini menambahkan, ketika kemajuan teknologi informasi telah ‘memfasilitasi’ masuknya arus informasi global, dan membuka pintu bagi masuknya beragam faham dan nilai-nilai asing, perlu dibangun benteng jati diri dalam bentuk penguatan karakter bangsa. Bila lalai dan abai, nilai-nilai global yang tidak selaras dengan jati diri dan kepribadian bangsa akan merongrong dan meruntuhkan sendi-sendi kehidupan kebangsaan.
“Dalam konteks ini, saya sangat mengapresiasi peran dan kontribusi segenap kader FKPPI yang tetap setia dan komit untuk berada di garda terdepan membela Pancasila dari berbagai ancaman, rongrongan dan segala upaya untuk menegasikan nilai-nilai luhur Pancasila,” pungkas Bamsoet. (*)