JAKARTA – Ketua MPR RI sekaligus Wakil Ketua Umum Partai Golkar dan Dosen Tetap Pascasarjana Universitas Borobudur Bambang Soesatyo menjadi keynote speaker seminar internasional ‘The 3rd Multidisciplinary International Conference’. Mentransformasikan berbagai pemikiran menuju era digital dan kemajuan teknologi, khususnya di Indonesia.
“Tahun lalu, Google Temasek, Bain and Company mencatat pertumbuhan ekonomi digital Indonesia mencapai 22 persen dengan nilai ekonomi sebesar 77 miliar US dollar. Menyumbang 40 persen dari total transaksi digital ASEAN. Kedepan, proyeksi pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia dinilai masih sangat menjanjikan, dan pada tahun 2025 diproyeksikan akan mencapai 130 miliar US dollar,” ujar Bamsoet saat menjadi keynote speaker seminar internasional ‘The 3rd Multidisciplinary International Conference’, secara virtual di Jakarta, Sabtu (27/10/23).
Turut hadir para pembicara dari berbagai negara antara lain Lily D. Engineer (John Hopkins University School of Medicine, USA), Rania Lampou (Greek Ministry of Education and Religious Affairs), Jonathan Rante Carreon (Huachiew Chalermprakiet University, Thailand), Wahyu Caesarendra (University Brunei Darussalam), Rahimi Mohamad Rosman (Universiti Teknologi Mara Kelantan Branch, Malaysia), sert Faisal Santiago (Universitas Borobudur, Indonesia).
Ketua DPR RI ke-20 dan mantan Ketua Komisi III DPR RI bidang Hukum, HAM, dan Keamanan ini menjelaskan, indeks daya saing digital Indonesia tahun 2023 juga terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Tahun 2020 tercatat sebesar 27,9, menjadi 32,1 di tahun 2021. Kemudian di tahun 2022 kembali meningkat menjadi 35,2, dan tahun ini meningkat lagi menjadi 38,5. Artinya selama kurun waktu 3 tahun terakhir, indeks daya saing digital Indonesia telah mengalami peningkatan signifikan sebesar 37,3 persen.
“Pesatnya pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia juga didukung tingginya tingkat penetrasi internet yang hingga awal Maret 2023, menurut data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) telah menyentuh angka 215,6 juta user atau sekitar 78,2 persen dari total populasi,” jelas Bamsoet.
Ketua Dewan Pembina Depinas SOKSI dan Kepala Badan Hubungan Penegakan Hukum, Pertahanan dan Keamanan KADIN Indonesia ini menerangkan, tumbuh kembang ekonomi digital di Indonesia, adalah realita yang harus disikapi dengan bijaksana. Karena setiap fenomena ekonomi akan selalu melahirkan dua sisi paradigma. Misalnya, di satu sisi ekonomi digital menghadirkan otomasi dan efisiensi, namun di sisi lain sebagai konsekuensinya, digitalisasi tersebut juga memangkas kebutuhan tenaga kerja konvensional.
“Aspek lain yang harus diperhatikan adalah masih adanya kesenjangan digital yang salah satunya disebabkan oleh belum meratanya akses terhadap infrastruktur digital. Jika tidak disikapi dengan benar, kesenjangan digital yang menghambat akses sebagian kelompok ekonomi dalam aktivitas ekonomi produktif akan berujung pada semakin melebarnya kesenjangan ekonomi,” jelas Bamsoet.
Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila dan Wakil Ketua Umum FKPPI ini menambahkan, Indonesia patut bersyukur bahwa pertumbuhan UMKM yang sudah go digital jumlahnya semakin meningkat, hingga Maret 2023 sudah mencapai 21,8 juta. Diharapkan akan terus tumbuh hingga mencapai 24 juta pada akhir tahun 2023. Di sisi lain, dengan jumlah UMKM yang diperkirakan mencapai 65,4 juta, artinya masih ada lebih dari 40 juta UMKM yang belum terintegrasi dalam ekosistem digital.
“Mewujudkan pemerataan akses digital, khususnya bagi pelaku UMKM menjadi faktor krusial dalam upaya membangun ketahanan ekonomi nasional. Karena kontribusi UMKM terhadap perekonomian nasional begitu besar dan signifikan, dengan menyumbang 61,9 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) dan menyerap sekitar 97 persen tenaga kerja. Karena itu, membangun kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional, harus dimaknai seiring sejalan dengan upaya untuk memajukan UMKM,” pungkas Bamsoet. (*)