FGD Percepatan Pembangunan Pariwisata Danau Toba, Bamsoet: Pembangunan Pariwisata Danau Toba Harus Berdayakan dan Majukan UMKM
JAKARTA – Ketua MPR RI Bambang Soesatyo mengungkapkan, diantara berbagai sektor perekonomian yang terpuruk akibat pandemi Covid-19, sektor pariwisata termasuk yang terpuruk paling dalam. Diperkirakan 30 juta lapangan pekerjaan di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif terdampak pandemi Covid-19. Menurut Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN), hingga penghujung tahun 2020, total kerugian pada sektor pariwisata di Indonesia telah mencapai lebih dari Rp 10 triliun.
“Kondisi tersebut turut dirasakan masyarakat di Provinsi Sumatera Utara. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada periode November 2020, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Sumatera Utara mengalami penurunan drastis hingga 93,83 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2019. Dari 22.128 kunjungan turun menjadi 1.366 kunjungan. Pada periode bulan yang sama, tingkat hunian kamar hotel berbintang hanya terisi sekitar 34,41 persen,” ujar Bamsoet dalam Focus Group Discussion (FGD) Percepatan Pembangunan Pariwisata Danau Toba, secara virtual di Jakarta, Kamis (4/3/21).
Ketua DPR RI ke-20 ini menekankan, berbagai gambaran keterpurukan tersebut tidak dimaksudkan sebagai sikap pesimis ataupun skeptis. Melainkan pandangan obyektif dalam merumuskan strategi untuk bangkit dari keterpurukan. Sehingga bisa mengambil berbagai langkah yang tepat dan terukur untuk menyikapi berbagai persoalan yang dihadapi.
“Khusus pengembangan kawasan Danau Toba, selain memiliki keindahan alam yang eksotis serta keunikan tersendiri dengan keberadaan pulau di tengah danau, juga didukung kekayaan adat istiadat budaya Batak yang sangat kuat dan memiliki ciri khas tersendiri. Tak heran jika UNESCO pada Sidang ke-209 Dewan Eksekutif UNESCO di Paris, Prancis, 2 Juli 2020, menetapkan Danau Toba sebagai Global Geopark,” tandas Bamsoet.
Ketua Umum Ikatan Motor Indonesia (IMI) ini menjelaskan, Kaldera Danau Toba dinilai memiliki tiga aspek keragaman yang saling berkaitan satu sama lain. Yaitu geo-diversity (keragaman geografi), bio-diversity (keragaman hayati), dan culture-diversity (keragaman budaya).
“Melalui jaringan Global Geoparks Network dan Asia Pacific Geoparks Network, Indonesia dapat lebih mengembangkan Kaldera Danau Toba. Terutama dalam rangka pemberdayaan masyarakat lokal, pengembangan perekonomian dan pembangunan berkelanjutan di kawasan tersebut,” jelas Bamsoet.
Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia ini juga mengapresiasi berbagai kebijakan Presiden Joko Widodo dalam membangun infrastruktur sebagai penunjang pariwisata di kawasan Danau Toba. Antara lain melalui pembangunan jalur kereta api dari Siantar ke Danau Toba, pembangunan jalan tol Medan–Tebing Tinggi–Parapat dan jalur rel kereta Medan—Parapat, serta penambahan kapasitas Bandara Silangit, Tapanuli Utara.
“Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif juga meluncurkan Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia. Sebagai turunannya, diluncurkan gerakan ‘Beli Kreatif Danau Toba’ sebagai wadah promosi berbagai produk kreatif dari pelaku UMKM di sekitar Danau Toba. Pengembangan pariwisata di kawasan Danau Toba memang tidak dapat dilepaskan dari keberpihakan terhadap UMKM, karena dari sekitar 6.000 UMKM di tujuh Kabupaten di sekitar kawasan Danau Toba, semuanya menggantungkan usahanya dari sektor pariwisata,” tutur Bamsoet.
Kepala Badan Bela Negara FKPPI ini menambahkan, kultur masyarakat yang tercermin dalam semboyan ‘Marsipature Hutanabe’ atau ‘Saling Membangun Kampung Halaman’, harus menjadi spirit untuk membangun kawasan Danau Toba. Semboyan tersebut memiliki makna mendalam, utamanya bagi para perantau untuk membangun kampung halamannya sebagai perwujudan semangat gotong royong yang dijiwai nilai-nilai Pancasila.
“Terlebih dengan banyaknya tokoh, baik pejabat, pengusaha, seniman dan budayawan, maupun tokoh lainnya yang lahir dari daerah Danau Toba. Seharusnya dapat menjadi sumberdaya potensial untuk menggerakkan kemajuan perekonomian Danau Toba,” pungkas Bamsoet. (*)