Hadiri HUT ke-67 Tahun, Ketua MPR RI Bamsoet Apresiasi Kiprah Politik Prof. Yusril Ihza Mahendra
JAKARTA – Ketua MPR RI sekaligus Wakil Ketua Umum Partai Golkar Bambang Soesatyo mengapresiasi perjalanan hidup Prof. Yusril Ihza Mahendra yang memasuki usia 67 tahun. Selama perjalanan karirnya, Prof. Yusril telah banyak memberikan sumbangsih bagi bangsa, khususnya dalam perkembangan hukum tata negara.
“Mengawali perjalanan karirnya di Istana Negara sebagai penulis pidato Presiden Soeharto dan Presiden BJ Habibie, Prof. Yusril kemudian menjadi bagian penting dalam perjalanan politik bangsa. Pernah menjabat sebagai Menteri Hukum dan Perundang-undangan Indonesia ke-22 pada pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia ke-22 pada masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri, serta Menteri Sekretaris Negara ke-13 pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono,” ujar Bamsoet usai menghadiri syukuran hari lahir Prof. Yusril, di Jakarta, Minggu sore (5/2/23).
Turut hadir antara lain, Ketua DPD RI La Nyalla Mahmud Mattalitti, Wakil Ketua DPD RI Sultan Bachtiar Najamudin, Staf Khusus Presiden Diaz Hendropriyono, Menteri Perdagangan Indonesia ke-31 Enggartiasto Lukita, dan Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto.
Ketua DPR RI ke-20 dan mantan Ketua Komisi III DPR RI bidang Hukum, HAM, dan Keamanan ini menjelaskan, Prof. Yusril juga turut menjadi bagian penting dalam perjalanan reformasi Indonesia. Salah satunya dengan menjadi inisiator pendiri Partai Bulan Bintang (PBB). Sebagai partai Islam yang mengambil inspirasi dari Masyumi, PBB melandaskan perjuangan pada ajaran-ajaran Islam yang universal dan bersifat rahmatan lil alamin, yaitu rahmat bagi seluruh alam. Prof. Yusril juga mempelopori amandemen konstitusi pasca reformasi di tengah tuntutan federalisme dari berbagai tokoh reformasi ketika itu.
“Pada Pemilu 1999, Partai Bulan Bintang mampu meraih 2.050.000 suara atau sekitar 2 persen dan meraih 13 kursi DPR RI. Prof. Yusril sebagai Ketua Umum PBB sempat menjadi satu-satunya calon presiden Indonesia yang melengkapi syarat administratif pasca reformasi. Namun demi kepentingan yang jauh lebih besar, yaitu persatuan dan kesatuan bangsa, beliau dengan lapang dada mengundurkan diri dan memberikan jalan kepada KH Abdurrahman Wahid juga sebagai pelunasan hutang Masyumi kepada NU pada masa lampau,” jelas Bamsoet.
Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila dan Kepala Badan Hubungan Penegakan Hukum, Pertahanan dan Keamanan KADIN Indonesia ini menerangkan, selain aktif di dalam negeri, Prof. Yusril juga aktif dalam berbagai kegiatan di tingkat internasional, seperti ASEAN, AALCO dan Organisasi Kerjasama Islam (OKI). Beliau juga pernah menjadi Ketua Panitia Penyelenggara Konferensi Internasional tentang Tsunami dan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia Afrika II di Jakarta.
“Beliau juga memimpin delegasi Republik Indonesia ke persidangan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk membahas dan mengesahkan berbagai Konvensi Internasional, antara lain UN Convention on Transnational Organized Crime di Palermo, Italia, dan UN Convention Against Corruption di Markas PBB di New York. Yusril juga pernah menjadi Presiden dari Asian-African Legal Consultative Organization (AALCO) yang bermarkas di New Delhi, India,” pungkas Bamsoet. (*)