Ketua DPR: Era Digital Rawan Penyebaran Paham yang Bertentangan dengan Pancasila
Ketua DPR RI Bambang Soesatyo prihatin pemantapan paham Pancasila di kalangan anak muda menghadapi tantangan yang berat di era keterbukaan dan digitalisasi seperti saat ini. Jaringan internet dan media sosial menjadi salah satu faktor yang paling rawan dalam penyebaran paham dan ajaran yang bertentangan dengan Pancasila.
“Media sosial mempunyai peran signifikan dalam menyajikan informasi bagi anak-anak muda. Tanpa saringan dan mentor pembelajaran informasi di media sosial ditelan mentah-mentah, sehingga menggerus pemahaman mengenai nilai-nilai Pancasila,” ujar Bamsoet saat memberikan kuliah umum bertema ‘Peran Mahasiswa dan Pemuda dalam Menumbuhkembangkan Paham Pancasila demi Menjaga Keutuhan NKRI’ pada acara Silaturahmi Nasional Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Nusantara, di Universitas Mataram, Lombok, Selasa (30/10/18).
Politisi Partai Golkar ini menilai pemahaman Pancasila di kalangan masyarakat, termasuk mahasiswa, kian menurun. Berdasarkan survei Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) disebutkan sekitar 39% mahasiswa di kampus-kampus besar di 15 propinsi memiliki ketertarikan pada paham radikalisme.
Temuan Wahid Institute juga menunjukan hal serupa. Sebanyak 11 juta orang penduduk Indonesia menyatakan bersedia melakukan tindakan radikal, 0,4% penduduk Indonesia pernah melakukan tindakan radikal dan 7,7% mau bertindak radikal jika memungkinkan.
“Riset Universitas Islam Negeri Jakarta tahun 2017 menyatakan 54,87% anak-anak muda memiliki pemahaman radikal dari Internet. Sementara, survei LSI menyebutkan pendukung Pancasila mengalami penurunan setiap 5 tahun. Kondisi seperti ini sungguh sangat memprihatinkan,” tutur Bamsoet.
Kepala Badan Bela Negara FKPPI ini menilai kondisi tersebut tidak lepas dari maraknya informasi dan berita palsu (hoaks) yang beredar luas di media sosial. Menurut data Kementerian Kominfo tahun 2017, terdapat lebih dari 15 ribu aduan ujaran kebencian dan lebih dari 6.000 aduan berita palsu. Banyaknya informasi dan berita palsu itu telah mengubah tatanan kehidupan masyarakat.
“Pengaruh internet dan media sosial membuat setiap orang mudah mencari informasi tanpa mengindahkan kaidah-kaidah konfirmasi dan verifikasi. Kemajuan Iptek bagaikan pisau bermata dua, di satu sisi membawa kemajuan dan kesejahteraan, tapi disisi lain dapat merusak nilai-nilai moral masyarakat serta menggerus pemahaman Pancasila dengan berita palsu,” kata Bamsoet.
Karenanya, mantan Ketua Komisi III DPR RI ini, meminta para mahasiswa mau terlibat aktif dalam meningkatkan kembali pemahaman atas ideologi Pancasila. Terlebih, mahasiswa mempunyai peran penting dalam masyarakat sebagai agen kontrol sosial control dan agen perubahan sosial.
“Sebagai agen kontrol sosial, mahasiswa selalu kritis terhadap fenomena yang terjadi disekitarnya. Mereka tidak pernah puas dengan keadaan. Sebagai agen perubahan sosial, mahasiswa dengan kreatifitas, inovasi dan idealismenya selalu tampil membawa perubahan bagi masyarakat,” urai Bamsoet.
Legislator Dapil Jawa Tengah VII yang meliputi Kabupaten Purbalingga, Banjarnegara dan Kebumen ini memaparkan, setidaknya ada dua hal yang dapat dilakukan mahasiswa untuk memantapkan ideologi Pancasila. Pertama, mahasiswa dapat mengembangkan pemikiran-pemikiran Pancasila dalam berbagai dimensi kehidupan. Semisal, mengembangkan pemikiran Pancasila di bidang politik, sosial, ekonomi, kebudayaan ataupun di bidang sains dan teknologi.
Kedua, mahasiswa dapat meningkatkan pemahaman mahasiswa dan pemuda atas ideologi Pancasila melalui platform digital. Konten dan narasi sosial media harus diwarnai oleh nilai-nilai Pancasila, kebangsaan, kebhinekaan, integrasi sosial, serta memperkuat dan mempertebal rasa nasionalisme. Bukan tidak mungkin, mahasiswa membuat aplikasi khusus sosialisasi Pancasila, semisal aplikasi ‘Pancasila Zaman Now.’
“Sosialisasi pemantapan Pancasila harus dilakukan secara kreatif dan inovatif sesuai dengan kemajuan masyarakat. Pelaksanaan Pancasila tidak boleh kaku, tetapi harus fleksibel dan bisa diterapkan dalam segala dimensi kehidupan masyarakat. Kalau orang Amerika bisa membangun kebanggaan bangsa dan negaranya melalui lagu dan film, kenapa kita tidak bisa?” tegas Bamsoet.
Hadir dalam acara ini antara lain Rektor Universitas Mataram Dr. Lalu Husni beserta jajaran rektorat, Ketua DPRD Kota Mataram Didi Sumardi serta ratusan perwakilan BEM se-Indonesia. Usai memberikan kuliah umum, Bamsoet meninjau gedung perkuliahan Universitas Mataram dan Rumah Sakit Prof Moelyanto Universitas Mataram yang rusak akibat gempa.
“DPR melalui fungsi anggaran yang dimiliki akan berusaha membantu renovasi gedung kuliah serta Rumah Sakit Universitas Mataram yang rusak. Kita tidak rela melihat para mahasiswa terus kuliah di dalam tenda-tenda. Kita pun tidak rela pelayanan rumah sakit terganggu karena rusaknya infrastruktur yang ada,” pungkas Bamsoet. (*)