Ketua DPR: Generasi Milenial Jadi Target Perang Proksi via Narkoba
iNews.id – Ketua DPR Bambang Soesatyo mengingatkan tingginya gelombang penyelundupan narkoba patut dipahami sebagai bukti nyata perang proksi yang menargetkan generasi milenial Indonesia. Masa depan NKRI pun menjadi taruhannya.
“Selama dua dekade belakangan ini, anak dan remaja Indonesia nyata-nyata menjadi target perang proksi. Modusnya, menggoda dan mencekoki mereka dengan aneka ragam produk Narkoba (narkotika dan obat-obatan) terlarang,” katanya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa 919/2/2019).
Ruang publik, menurut politikus Partai Golkar, kini terus dibanjiri ragam produk narkoba akibat masih tingginya intensitas penyelundupan. Data yang diungkap Badan Narkotika Nasional (BNN), Ditjen Bea Cukai Kementerian Keuangan (Kemenkeu) hingga Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) patut digarisbawahi semua pihak.
Pada Maret 2018 misalnya, KPAI mengungkap data tentang korban kelompok anak. Dari total 87 juta populasi kelompok anak, dia menambahkan, sebanyak 5,9 juta sudah menjadi pecandu narkoba. Apalagi, data dari BNN menyebutkan setiap harinya 50 anak muda meninggal karena mengonsumsi narkoba.
“Jumlahnya akan terus bertambah jika persoalan narkoba hanya diserahkan kepada penegak hukum. Kepedulian keluarga dan komunitas menjadi sangat penting dan strategis, karena kejahatan ini masih sulit dibendung,” ujar pria yang akrab disapa Bamsoet ini.
Generasi milenial, dia mengungkapkan, menjadi target perang proksi karena ragam produk narkoba diselundupkan sindikat internasional yang bekerja sama dengan antek-antek mereka di dalam negeri.
Pada tahun lalu misalnya, BNN mengidentifikasi 83 sindikat internasional yang menyelundupkan dan mengedarkan narkoba di dalam negeri. Tahun sebelumnya, 99 sindikat. Barang haram itu diedarkan di 654 daerah penyebaran narkoba.
“Sebuah strategi baru harus digagas untuk menghentikan atau minimal mereduksi kejahatan ini. Pengguna dan ragam akibat pemakaian narkoba jangan lagi hanya dilihat sebagai ekses kenakalan anak, remaja maupun orang dewasa,” kata Bamsoet.
“Data-data yang dipaparkan BNN, Ditjen Bea Cukai serta KPAI patut dimaknai sebagai skenario perang proksi yang ingin merusak dan memperlemah generasi milenial Indonesia,” tambahnya.
Dia menjelaskan, perang proksi bermodus membanjiri Indonesia dengan ragam produk narkoba tidak akan terlihat masif seperti sekarang ini jika tidak ada komunitas penjahat lokal yang menjadi mitra sindikat internasional. Seperti itulah strategi melancarkan perang proksi (proxy war).
“Identitas lawan tak mudah dibaca karena berkamuflase sebagai pelaku tindak kriminal yang membangun kolaborasi dengan komunitas penjahat di negara yang menjadi target serangan,” ujar Bamsoet.