Ketua DPR RI Bambang Soesatyo berharap kehadiran Relawan Pengusaha Muda Nasional (REPNAS) bisa membuat atmosfer politik di Indonesia yang akhir-akhir ini suram karena diisi perdebatan berbau SARA, bisa tercerahkan dengan perdebatan seputar ekonomi dan pembangunan. Kalangan pengusaha muda yang berada dalam naungan REPNAS harus mampu menghadirkan perdebatan yang rasional, progresif dan mencerdaskan.
“Permasalahan berbau SARA seharusnya sudah selesai tatkala bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya. Bahkan jauh sebelum merdeka, kehidupan masyarakat kita yang beraneka ragam telah menunjukan semangat kegotongroyongannya. Jangan sampai perdebatan SARA yang akhir-akhir ini terjadi justru membuat bangsa kita mundur jauh ke belakang,” ujar Bamsoet di sela-sela acara deklarasi Relawan Pengusaha Muda Nasional (REPNAS) untuk Jokowi-Maruf, di Jakarta, Sabtu (3/11/18).
Hadir dalam acara ini Presiden Joko Widodo, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Ketua Dewan Pembina REPNAS Bahlil Lahadalia, Ketua Nasional REPNAS Eka Sastra dan para relawan REPNAS.
Mantan Ketua Komisi III DPR RI ini memaparkan, peta pemilih di Indonesia dapat dikelompokan menjadi empat kategori. Pertama pemilih rasional sebanyak 41,3 persen. Kelompok ini memilih dengan mempertimbangkan visi, misi dan program. Kedua, pemilih emosional sebanyak 10,4 persen. Kelompok ini memilih karena alasan agama, suku dan kedaerahan.
“Ketiga, pemilih apatis sebanyak 10,8 persen. Kelompok ini merupakan pemilih yang tidak mau tahu dengan proses politik. Keempat, kelompok swing voters sebesar 37,5 persen. Pemilih ini biasanya belum yakin sejak awal dan akan menentukan pilihannya di saat-saat akhir,” tutur Bamsoet.
Mengenai sosok Presiden Jokowi, politisi Partai Golkar ini menilai Presiden Jokowi merupakan sosok yang sederhana namun tegas, memimpin dengan tulus, merakyat, mau berdialog dan turun langsung ke rakyat. Selain itu, baik diri pribadi Jokowi maupun keluarganya bersih dari catatan korupsi.
“Bukan hanya sosok figurnya yang menarik, kinerja Pak Jokowi memimpin negeri juga sangat agresif. Misalnya, pembangunan infrastruktur yang merata, mengubah landscape pembangunan dari Jawa sentris menjadi Indonesia sentris, satu harga BBM yang mencerminkan keadilan sosial dan ekonomi, kemudahan dalam berusaha, program sosial seperti Kartu Indonesia Sehat dan Kartu Indonesia Pintar, reformasi agraria dan redistribusi aset, serta bantuan UMKM berupa penurunan bunga KUR menjadi 7 persen,” tutur Bamsoet
Lebih lanjut, legislator Dapil Jawa Tengah VII yang meliputi Kabupaten Purbalingga, Banjarnegara dan Kebumen ini menjelaskan, setidaknya ada tiga faktor utama mengapa Presiden Jokowi harus melanjutkan kepemimpinannya. Pertama, keberhasilan pembangunan perlu dilanjutkan supaya rakyat semakin maju dan sejahtera. Kedua, program jangka panjang di bidang infrastruktur dan pengembangan SDM tidak cukup hanya dikerjakan dalam waktu 5 tahun.
“Ketiga, figur Pak Jokowi diperlukan untuk mengantarkan Indonesia memasuki tahapan negara maju yang bisa dicapai pada tahun 2030. Sehingga, negara yang kita cintai ini tidak bubar ditengah jalan, sebagaimana prediksi sebagian elite politik,” tegas Bamsoet.
Karenanya, untuk memperkuat dukungan kepada pasangan Jokowi – Maruf Amin, Kepala Badan Bela Negara FKPPI ini menerangkan ada enam langkah yang perlu dilakukan. Pertama, memantapkan dukungan kelompok menengah ke bawah dan masyarakat pedesaan. Kedua, memperluas dukungan kelompok menengan ke atas dan masyarakat perkotaan. Ketiga, memperkuat dukungan generasi milenial.
“Keempat, mengoptimalkan dukungan partai politik beserta para calegnya. Kelima, menyusun strategi micro targeting, menggunakan bigdata analytic. Dan, keenam, memperbanyak serangan udara melalui kampanye media sosial dan iklan. Jika REPNAS mampu menjalankan seluruh langkah tadi, Insya Allah kemenangan pasangan Jokowi – Maruf Amin bisa diraih bersama,” pungkas Bamsoet. (*)