JAKARTA – Ketua DPR RI Bambang Soesatyo masuk dalam ’10 Tokoh Politik dengan Branding Otentik’ versi Polaris Data and Story Lab. Tokoh lainnya antara lain Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Walikota Surabaya Tri Rismaharini, Ketum PSSI Grace Natalie, Pengusaha Erick Tohir, Politisi PAN Faldo Maldini dan Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak.
“Saya mengapresiasi hasil riset analisa big data dari Polaris Data and Story Lab. Sebenarnya, saya tidak melakukan branding apapun. Di media sosial, saya selalu posting apa adanya. Tidak menjadi orang lain yang dibungkus berbagai pencitraan. Jadi antara di media sosial dan di kehidupan sehari-hari, tidak ada perbedaan. Tidak ada yang dilebihkan, tidak ada yang dikurangi,” ujar Bamsoet saat menjadi narasumber ‘Tren 2018: Branding Otentik Tokoh Politik’, di Jakarta, Kamis, (20/12/18).
Hadir menjadi narasumber lainnya antara lain Analis Charta Politica Ardha Ranadireksa, Data Scientist Dattabot Hasan Yusuf dan CEO Polaris Data and Story Lab Iman Sjafei.
CEO Polaris Data and Story Lab, Iman Sjafei, menjelaskan pemilihan ’10 Tokoh Politik dengan Branding Otentik’ berangkat dari perumusan berbagai nama kandidat melalui focus froup discussion (FGD) yang dilakukan para praktisi kredibel. Dari FGD dilanjutkan dengan analisa media sosial para tokoh tersebut. Menggunakan 5.000 panel, Polaris Data and Story Lab melakukan analisa mendalam untuk memahami bagaimana publik terpapar informasi dan juga mencari secara aktif tentang tokoh tersebut.
“Melihat data yang disajikan Polaris Data and Story Lab, saya bersyukur jika netizen ternyata menyambut positif berbagai postingan saya di berbagai media sosial seperti facebook, twitter, instagram, dan lainnya. Mungkin rakyat sudah jenuh melihat pencitraan dari orang lainnya, makanya mereka menyukai postingan saya yang apa adanya,” canda Bamsoet.
Legislator Partai Golkar Dapil VII Jawa Tengah meliputi Kabupaten Purbalingga, Banjarnegara, dan Kebumen ini mencatat ada beberapa topik yang menjadi perhatian netizen terhadap dirinya. Antara lain kepemimpinan sebagai Ketua DPR RI, Pilpres 2019, dan penolakan terhadap LGBT. Dan, tentu saja yang paling banyak dicari adalah tentang kemapanan dan kehidupan pribadi.
“Dari dulu saya tidak pernah menutup-nutupi. Kenapa harus pura-pura sok tidak punya apa-apa?. Justru sebelum menjadi pejabat publik, seseorang harus mapan terlebih dahulu. Sebagai pejabat publik, sikap merakyat itu bukan ditunjukan dengan pura-pura tidak punya apa-apa, melainkan dengan menunjukan kinerja dan peran sebagai pejabat publik,” tutur Bamsoet.
Melalui media sosial, Kepala Badan Bela Negara FKPPI ini ingin membagi cerita kepada para netizen. Tentang berbagai hal yang dilakukan, baik sebagai pejabat publik, sebagai kepala keluarga, sebagai ayah, maupun sebagai pribadi seperti kebanyakan orang.
“Media sosial itu tidak ubahnya seperti sebuah lahan. Terserah kepada para penggunanya, mau menanam padi, jagung, buah-buahan atau justru mau menanam semak belukar. Saya mengajak para netizen, terutama generasi millenial, marilah tanam yang baik-baik di media sosial, sehingga kita bisa memanen yang baik pula,” terang Bamsoet.
Wakil Ketua Umum KADIN ini menyakini penggunaan media sosial untuk meningkatkan citra suatu institusi bisa berjalan efektif. Terlebih, saat ini pengguna smartphone di Indonesia mencapai 160 juta orang. Tak hanya itu, pengguna media sosial aktif di Indonesia mencapai 130 juta orang dengan rata-rata berselancar antara 23 menit hingga 3 jam setiap harinya.
“DPR RI juga memanfaatkan teknologi digital untuk meningkatkan citra DPR RI di mata publik. Salah satunya melalui aplikasi DPR Now! dimana masyarakat bisa mengetahui kegiatan para anggota dewan secara real time. Selain juga bisa memberikan aspirasinya secara online, tanpa harus datang ke gedung DPR RI,” urai Bamsoet.
Lebih jauh, Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila ini mengingatkan bahaya maraknya hoax dan ujaran kebencian melalui media sosial. Pasalnya, Divisi Multimedia Humas Mabes Polri melaporkan, telah termonitor sebanyak 3.500 berita hoax per hari. Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri setidaknya telah mengamankan 18 tersangka dugaaan SARA dan ujaran kebencian sepanjang tahun 2018 ini.
“Hoax, ujaran kebencian, maupun provokasi berpotensi merusak keamanan dan ketertiban umum, bahkan lebih sadisnya lagi bisa menyoyak persatuan dan kesatuan, dan memecah belah bangsa. Siapa pun pelakunya harus ditindak. DPR RI mendorong penegak hukum untuk tidak ragu-ragu menindak pembuat dan penyebar hoax serta ujaran kebencian,” pungkas Bamsoet. (*)