Tidak ada kegentingan yang memaksa sehingga kantor DPP Golkar harus mendapatkan pengamanan ekstra ketat, apalagi sampai melibatkan sekumpulan oknum preman. DPP Golkar hendaknya tidak mengambil langkah-langkah yang dapat merusak citra Partai Golkar.
Karena itu, Ketua Umum DPP Partai Golkar didesak untuk memerintahkan orang-orang kepercayaannya segera menormalisasi suasana di lingkungaan kantor DPP Golkar. Lingkungan kantor DPP Golkar harus kondusif. Tidak ada ancaman dari mana pun, sehingga pengamanan DPP yang ekstra ketat sama sekali tidak diperlukan. DPP tetap harus menjadi ruang terbuka bagi kader yang ingin berkomunikasi dengan pimpinan Golkar.
Dorongan dari kader agar pimpinan Golkar melaksanakan sejumlah agenda partai yang mendesak, seperti rapat pleno, jangan ditanggapi dengan sikak panik atau rasa takut. Segala sesuatunya akan berjalan dengan baik jika DPP Golkar terbuka dan komunikatif dengan semua elemen Partai Golkar
Oleh orang luar, pengamanan DPP Golkar yang ekstra ketat itu dinilai sebagai cerminan rasa takut elit Golkar. Padahal, tak ada yang perlu ditakuti karena memang tidak ada ancaman terhadap DPP Golkar dan para elitnya. Sebaliknya, pengamanan ketat itu justru menumbuhkan kesan Golkar dekat atau terbiasa dengan aksi kekerasan atau tindak anarkis.
Walaupun terkesan aneh, kasus pelemparan bom molotov memang harus dilaporkan ke polisi untuk diselidiki. Kasus ini aneh karena praktis tidak ada target strategis di DPP Golkar yang harus diancam dengan pelemparan bom molotov.
Hari-hari ini, semua kader Golkar sangat prihatin karena berita tentang pengamanan ekstra ketat di kantor DPP Partai Golkar, yang kemudian disusul dengan kasus pelemparan bom molotov oleh orang tidak dikenal pada Rabu (21/8) dini hari. (Bamsoet)