JAKARTA – Ketua MPR RI Bambang Soesatyo yang juga terlibat sebagai produser eksekutif film ‘Ali Sadikin The Movie’ mengungkapkan, proses pembuatan film sudah memasuki tahap dua penulisan skenario. Ditargetkan film tersebut bisa diputar di seluruh bioskop Indonesia, bahkan juga mancanegara pada tahun 2022.
“Indonesia punya banyak tokoh inspiratif yang layak difilmkan. Setelah Tjoet Nyak Dien, BJ Habibie, KH Ahmad Dahlan, dan KH Hasyim Asy’ari, sebentar lagi akan hadir film tentang Ali Sadikin. Berbagai kiprah beliau saat menjabat Gubernur DKI Jakarta ke-7 (1966-1977), serta perjalanan hidup lainnya akan terekam dalam film tersebut. Sehingga bisa menjadi inspirasi bagi para pejabat yang saat ini sedang memimpin daerah maupun para generasi muda yang ingin menjadi pemimpin daerah dan nasional,” ujar Bamsoet usai Tim Produksi Film ‘Ali Sadikin The Movie’, di Jakarta, Senin (5/4/21).
Tim produksi film ‘Ali Sadikin The Movie’ yang hadir antara lain Garin Nugroho, Ody Mulya Hidayat, Imran Hasibuan, FX Rudy Gunawan, Anneke dan Indra Iskandar.
Ketua DPR RI ke-20 ini menjelaskan, walaupun memimpin DKI Jakarta di masa awal kemerdekaan Indonesia, tidak bisa terlalu mengandalkan anggaran negara, namun berkat kepemimpinan Ali Sadikin, Jakarta bisa menjadi kota Metropolitan. Diantaranya dengan pembangunan Taman Ismail Marzuki (TIM), Kebun Binatang Ragunan, Proyek Senen, Taman Impian Jaya Ancol, Taman Ria Monas, Taman Ria Remaja, hingga kota satelit di kawasan Pluit, Jakarta Utara.
“Ali Sadikin juga mendukung pendirian Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) yang diinisiasi Adnan Buyung Nasution pada 26 Oktober 1970. Dukungan tersebut tidak lepas dari pandangan Ali Sadikin bahwa seluruh warga DKI Jakarta harus mempunyai hak yang sama untuk mendapat keadilan dalam hukum,” jelas Bamsoet.
Kepala Badan Bela Negara FKPPI ini menerangkan, walaupun berlatar belakang militer dan memiliki ‘watak keras’, Ali Sadikin tetap mampu merangkul berbagai golongan. Termasuk merangkul para waria (oleh Ali Sadikin dipanggil dengan Wadam/Wanita-Adam). Bahkan, tidak segan mengajak mereka berdialog dari hati ke hati. Bagi Ali Sadikin, para Wadam yang saat itu diperkirakan mencapai 15.000 jiwa, adalah bagian dari saudara sebangsa.
“Ali Sadikin juga berjasa dalam pelestarian budaya betawi di Condet. Bahkan sampai memberikan perhatian kepada kehidupan para artis lanjut usia di kota Jakarta yang saat itu banyak bermukim di daerah Tangki, sehingga daerah tersebut dinamai Tangkiwood,” pungkas Bamsoet. (*)