Ketua DPR Bamsoet Lantunkan Pantun di Wellington
WELLINGTON – Ketua DPR RI Bambang Soesatyo berharap diplomasi di bidang kebudayaan akan kian mempererat hubungan antara Indonesia dengan Selandia Baru. Terlebih, baik Indonesia maupun Selandia Baru masih memiliki kesamaan secara etnis.
“Indonesia dan Selandia Baru memiliki kesamaan rumpun bangsa Pasifik, yaitu Melanesia dan Polinesia. Karena dua daerah di Papua, dua daerah di Maluku dan satu daerah di Nusa Tenggara Timur berada di wilayah Pasifik. Jadi, secara geografis selain masuk rumpun Asia, Indonesia juga termasuk dalam rumpun Pasifik,” ujar Bamsoet saat membuka konser persahabatan Indonesia – Selandia Baru bertajuk ‘The Symphony of Friendship’, di The Opera House, Wellington, Jumat (9/11/18).
Konser ‘The Symphony of Friendship’ yang digelar selama 90 menit ini menampilkan tiga penyanyi Indonesia, yaitu Gita Gutawa, Edo Kondologit dan Andmesh Kamaleng. Selain itu, tampil pula dua penyanyi dari suku Maori Selandia Baru, Maisey Rika dan Tama Waipara diiringi Wellington Orchestra dengan arranger serta konduktor Erwin Gutawa.
Selain Bamsoet hadir dalam konser ini antara lain, Duta Besar Indonesia untuk Selandia Baru Tantowi Yahya, Ketua Parlemen Selandia Baru Trevor Mallard, Anggota Parlemen Selandia Baru Maria Lubeck, Anggota Fraksi Partai Golkar DPR RI Mukhamad Misbakun dan Ahmadi Noor Supit, Anggota Fraksi Nasdem DPR RI Akbar Faisal, Anggota Fraksi PDI Perjuangan DPR RI Masinton Pasaribu, serta Staf Khusus Ketua DPR RI Yahya Zaini dan Yorrys Raweyai.
Sekitar 1.000 lebih penonton dari Indonesia, Selandia Baru, Tonga dan Samoa menikmati konser dua negara tersebut. Mereka bernyanyi dan menari bersama tanpa sekat perbedaan negara.
Setidaknya, 15 lagu dibawakan dalam konser ini. Sebut saja, lagu asal Selandia Baru berjudul ‘Haere Mai’, ‘Pokarekare Ana’, ‘Tangaroa Whakamautai’, ‘Hine E June’, ‘Haumanu’ serta ‘Aotearoa’. Sementara lagu dari Indonesia antara lain, ‘Pangkur Sagu’, ‘Bolebo’, ‘Gemufamere’, ‘Siomama’, serta ‘Rame-Rame’.
Satu lagu dari Indonesia yang sangat populer di Pacifik berjudul ‘Mimpi Sedih’, dibawakan dengan epic secara duet oleh Andmesh Kamaleng dan Tama Waipara. Lagu ini telah banyak diterjemahkan dalam berbagai bahasa di wilayah Pasifik. Di Selandia Baru sendiri, saduran lagu ‘Mimpi Sedih’ diberi judul ‘E Ipo’ yang dipopulerkan penyanyi legenda Selandia Baru, Prince Tui Teka. Standing upplause membahana usai lagu ‘Mimpi Indah’ dan ‘I Po’ dibawakan secara bersamaan.
Politisi Partai Golkar ini menjelaskan, konser ‘The Symphony of Friendship’ merupakan bagian dari rangkaian perayaan 60 tahun hubungan diplomatik Indonesia dengan Selandia Baru. Konser istimewa ini sengaja digelar untuk menunjukan kepada dunia bahwa Indonesia adalah bagian dari rumpun Pasifik yang memiliki kesamaan budaya.
“Kedutaan Besar Republik Indonesia di Wellington telah melakukan berbagai kegiatan untuk merayakan 60 tahun hubungan Indonesia dengan Selandia Baru. Mulai dari seminar, pameran foto, panggung seni dan berbagai kegiatan lainnya yang dibuka saat kunjungan Presiden Jokowi ke Selandia baru bulan Maret lalu. Konser ‘The Symphony of Friendship’ merupakan puncak dari kegiatan tersebut. Konser ini sangat dasyat luar biasa. Kalau saja, saya hari ini memiliki kewenangan untuk mendorong Tantowi menjadi Menteri Luar Negeri, pasti sudah saya lakukan,” tutur Bamsoet sembari tersenyum.
Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila ini menegaskan diplomasi musik dan budaya merupakan sejarah baru dan penting bagi Indonesia dan Selandia Baru. Karena melalui diplomasi musik dan budaya, kedua negara bisa memahami karakter dan kebiasaan negara masing-masing.
“Di dalam hubungan antar bangsa dewasa ini, diplomasi budaya telah menjadi salah satu upaya untuk memperkecil perbedaan dan menembus hambatan psikologis yang seringkali muncul dalam hubungan antar negara. Dan Melalui kegiatan ‘The Symphony of Friendship’ ini saya harapkan Indonesia dapat kembali hadir bersama saudara-saudara kita di Pasifik,” tegas Bamsoet.
Seperti diketahui, Indonesia dan Selandia Baru secara etnis memiliki kesamaan, yaitu kesamaan rumpun sebagai bangsa Pasifik, yaitu Melanesia dan Polinesia. Indonesia adalah rumah bagi 80 persen etnis Melanesia dan Polinesia yang bertempat tinggal di Papua, Maluku dan Nusa Tenggara Timur. Indonesia selama ini lebih dikenal sebagai rumpun Asia daripada sebagai rumpun Pasifik.
Kepala Badan Bela Negara FKPPI ini menilai konser ‘The Symphony of Friendship’ juga dapat menjadi salah satu sarana meningkatkan kerjasama Indonesia dengan Selandia Baru dalam konteks Pacific Engagement, terutama dalam people to people connectivity. Selain, untuk memuluskan diplomasi Indonesia di wilayah Pasifik.
“Saya harap orkestra ini bisa menjadi jembatan antara Indonesia dan Selandia Baru dalam saling memahami dan semakin mempererat hubungan kedua negara. Kolaborasi musik ini bukan hanya sebagai ekspresi melodi dari perasaan dan komunikasi artistik di dalam pikiran. Namun juga sebagai jembatan untuk saling memahami peradaban dan juga menjadi simfoni dalam persahabatan warga kedua negara,” pungkas Bamsoet.
Dalam kesempatan tersebut, Bamsoet yang sangat terkesan dengan diplomasi melalui musik dan kebudayaan yang disebutnya sebagai diplomasi cinta dan kasih sayang, tak lupa melantunkan pantun:
“Dari Jakarta ke Selandia Baru,
Transit di sydney membeli sepatu,
Ayo perkuat hubungan dengan Selandia Baru,
Agar rumpun pasifik semakin menyatu.” (*)