Ketua DPR Usul 2 Oktober Jadi Hari Batik & Tenun Nasional

6
Dec

Ketua DPR Usul 2 Oktober Jadi Hari Batik & Tenun Nasional

JAKARTA – Ketua DPR RI Bambang Soesatyo mendorong Hari Batik Nasional yang diperingati setiap tanggal 2 Oktober, bisa ditingkatkan menjadi Hari Batik dan Tenun Nasional. Selain untuk lebih memacu bangsa Indonesia menghargai dan melestarikan kekayaan khazanah tekstil Nusantara, peringatan Hari Batik dan Tenun Nasional juga bisa menjaga warisan budaya bangsa dari kepunahan.

“Setelah sukses memasyarakatkan batik, kita juga harus memberikan perhatian yang sama terhadap keberadaan tenun. Penggabungan Hari Batik dan Tenun Nasional akan membuka mata dunia tentang betapa kayanya budaya berbusana khas Indonesia,” ujar Bamsoet saat menerima Komunitas Tekstil Tradisional Indonesia di ruang kerja Ketua DPR RI, Jakarta, Kamis (6/12/18).

Hadir dalam pertemuan tersebut antara lain Ketua Umum Komunitas Tekstil Tradisional Indonesia Tengku Ryo Rizqan dan Dewan Pembina Komunitas Tekstil Tradisional Indonesia Anna Mariana.

Legislator Partai Golkar Dapil VII Jawa Tengah yang meliputi Kabupaten Purbalingga, Banjarnegara, dan Kebumen ini memandang tenun mempunyai kekuatan budaya yang luar biasa. Baik dari nilai sejarah, teknik tinggi dari segi warna, motif, jenis bahan dan benang yang digunakan, maupun beragamnya corak dan ciri khas yang diproduksi dari setiap daerah. Batik dan tenun bukan hanya telah menjadi identitas dan jati diri bangsa, namun juga menjadi kebanggaan dan kekayaan nasional.

“Jika tidak dimasyarakatkan dari sekarang, pelan-pelan keberadaan tenun bisa punah dimakan sejarah. Padahal tenun, sebagaimana juga batik, bisa dipadankan dengan trend berbusana masa kini, tanpa menghilangkan nilai sakral yang terkandung di dalamnya,” tutur Bamsoet.

Melalui peringatan Hari Batik dan Tenun Nasional, Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia ini berpendapat juga bisa merangsang aktivitas bisnis di bidang tenun menjadi lebih menggeliat lagi. Dengan demikian dapat berkontribusi bagi pembangunan ekonomi dan kesejaheraan masyarakat.

“Kita akan membuat tenun mendunia, seperti halnya yang sudah terjadi pada Batik. Namun terlebih dahulu harus dimulai dari dalam negeri sendiri. Segera akan saya coba komunikasikan dengan Presiden Joko Widodo agar beliau juga mendukung pencanangan Hati Batik dan Tenun Nasional,” pungkas Bamsoet.

Senada dengan Bamsoet, Komunitas Tekstil Tradisional Indonesia juga ingin agar tenun bisa lebih lekat lagi dalam keseharian masyarakat. Sebagai bagian dari ekonomi kreatif, tenun bisa turut berkontribusi meningkatkan pruduk domestik bruto Indonesia.

“Kreatifitas budaya merupakan sumber daya tidak terbatas bagi bangsa Indonesia karena bisa turut memajukan perekonomian nasional. Sebagai bagian dari pelaku ekonomi kreatif yang juga terkait erat dengan aktivitas budaya, kami juga ucapkan terimakasih kepada DPR RI yang sudah mensahkan UU No. 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Budaya. Ini sangat berarti bagi kemajuan budaya nasional,” jelas Ketua Umum Komunitas Tekstil Tradisional Indonesia, Tengku Ryo Rizqan. (*)

Leave a Reply