Bamsoet: Indonesia Harus Menjadi Negara Adidaya

26
Jun

Bamsoet: Indonesia Harus Menjadi Negara Adidaya

JAKARTA – Ketua DPR RI Bambang Soesatyo meminta semua elemen bangsa mulai mempersiapkan diri untuk menyambut 100 tahun kemerdekaan Indonesia pada tahun 2045. Walaupun rentang waktunya masih sekitar 26 tahun lagi, namun perjalanan waktu tidak akan berjalan lambat. Di usia kemerdekaan yang ke-100, Indonesia harus mampu menjadi negara besar yang diperhitungkan dunia.

“Persiapan tersebut bukan hanya menjadi tugas pemerintah saja, melainkan menjadi tugas kita bersama sebagai Bangsa Indonesia. Diperkirakan pada tahun 2045, penduduk dunia akan mencapai 9,45 miliar dimana 55 persennya berada di Asia. Besarnya jumlah penduduk tentu akan meningkatkan urbanisasi, migrasi maupun persaingan dan kompetisi. Bukan hanya antara negara, melainkan antar penduduk di masing-masing negara yang bersangkutan,” ujar Bamsoet saat menerima pengurus Perhimpunan Indonesia – Tionghoa (INTI), di Ruang Kerja Ketua DPR RI, Jakarta, Rabu (26/06/19).

Pengurus INTI yang hadir antara lain Ketua Umum Tedy Sugianto, Wakil Ketua Umum Haris Chandra, Wakil Ketua Umum Edi Yansah, Wakil Ketua Umum Budi S Tarawibowo, Sekretaris Jenderal Ulung Rusman, Ketua Program Beasiswa Pelangi Lim Ko Phing, Ketua Bidang UKM dan Koperasi Hardy, dan Juru Bicara Lexyndo Hakim serta Pujianti.

Karenanya, Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila ini meminta segenap elemen bangsa tetap berada dalam satu garis kebangsaan. Peluang Indonesia menjadi negara adidaya pada 2045 sangat terbuka lebar, peluang ini jangan terbuang percuma akibat adu domba antar sesama anak bangsa.

“Sebagaimana kita alami bersama, perjalanan Pemilu 2019 sangat melelahkan dan menjadi ujian besar bagi Bangsa Indonesia. Sudah cukup kita ribut-ribut hanya akibat Pemilu. Jangan sampai hal ini terulang kembali di Pemilu selanjutnya. Sangat penting bagi semua pihak untuk meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara. Karena Indonesia dibangun oleh berbagai suku, agama, ras, dan golongan. Indonesia adalah rumah besar kita semua,” tegas Bamsoet.

Bendahara Umum DPP Partai Golkar periode 2014-2016 ini menambahkan, perubahan geopolitik juga akan terjadi pada 2045. Peranan Tiongkok dan Asia Timur akan semakin meningkat, sedangkan kawasan Timur Tengah masih rentan terhadap berbagai gejolak. Karenanya, Bamsoet juga mengapresiasi keberadaan INTI melalui program Beasiswa Pelangi yang memberikan bantuan kepada anak-anak Indonesia untuk menempuh pendidikan di Tiongkok, maupun negara-negara Asia Timur lainnya.

“Pendidikan adalah investasi yang sangat penting dalam mempersiapkan anak-anak Indonesia menghadapi berbagai tantangan dunia yang semakin kompleks. Program Beasiswa Pelangi yang dilakukan INTI patut dicontoh oleh organisasi kemasyarakatan lainnya,” tutur Bamsoet.

Selain sektor pendidikan yang berhubungan dengan pembangunan manusia dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, Kepala Badan Bela Negara FKPPI ini menambahkan ada tiga sektor lainnya yang perlu diperkuat oleh Indonesia. Yaitu pembangunan ekonomi berkelanjutan, pemerataan pembangunan dan pemantapan ketahanan nasional serta tata kelola pemerintahan.

“Berbagai sektor tersebut sedang dan akan terus ditingkatkan oleh pemerintah bersama DPR RI. Hal ini bisa dilihat dari politik anggaran yang sudah dijalankan pemerintah dan DPR RI pada APBN 2019. Anggaran pendidikan dialokasikan mencapai Rp 492,5 triliun (20 persen dari belanja APBN 2019). Anggaran kesehatan mencapai Rp 123,1 triliun (5 persen dari belanja APBN), dan infrastruktur Rp 415,0 triliun,” pungkas Bamsoet. (*)

Leave a Reply