Bamsoet Tantang Penggiat Medsos Ciptakan Platform Digital

10
Jul

Bamsoet Tantang Penggiat Medsos Ciptakan Platform Digital

JAKARTA – Ketua DPR RI Bambang Soesatyo memamerkan aplikasi digital DPR NOW kepada para penggiat media sosial dan netizen dari kalangan millenial. Melalui aplikasi yang bisa diunduh dari berbagai smartphone ini, masyarakat bisa melihat berbagai kegiatan kedewanan seperti rapat, audiensi maupun pengaduan masyarakat secara real time.

“Netizen yang terkenal dengan kekritisannya bisa langsung melihat berapa banyak anggota DPR RI yang datang rapat paripurna, rapat komisi maupun kegiatan kedewanan lainnya. Pembuatan aplikasi DPR NOW, ditunjang sosial media DPR RI di twitter, facebook, instagram, dan youtube, merupakan sarana transformasi digital menyesuaikan kebutuhan Revolusi Industri 4.0. Selain juga untuk melibatkan partisipasi masyarakat, utamanya millenial, dalam proses check and balances DPR RI,” ujar Bamsoet saat berdialog dengan para penggiat media sosial dan netizen di DPR RI, Rabu (10/07/19).

Bendahara Umum DPP Partai Golkar 2014-2016 ini menilai, pesatnya pertumbuhan penetrasi pengguna internet di Indonesia juga harus diimbangi dengan kemampuan literasi digital. Mengutip survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), pengguna internet di Indonesia pada tahun 2018 mencapai 171,18 juta jiwa (tumbuh 27,91 juta). Dengan penetrasi sebesar 64,8 persen dari jumlah penduduk yang mencapai 264,16 juta jiwa, menunjukan penduduk Indonesia sudah melek internet. 

“Namun melek internet saja tidak cukup. Harus diikuti melek literasi digital. Agar para pengguna internet tidak tersesat dalam hiruk pikuk dunia maya, khususnya di berbagai platform media sosial. Melek literasi digital akan membuat pengguna internet terhindar dari hoax, hate speech maupun kejahatan siber lainnya,” urai Bamsoet.

Kepala Badan Bela Negara FKPPI ini memaparkan, Laporan Digital 2019 yang dikeluarkan Hootsuite (We are Social) memperlihatkan Facebook sebagai aplikasi media sosial terpopuler dunia dengan pengguna mencapai 1,887 miliar. Indonesia menyumbangkan 120 juta pengguna, berada di posisi ke-3 dunia. Belum lagi jika melihat media sosial lainnya, seperti Youtube, Instagram, maupun Twitter, jumlah pengguna dari Indonesia selalu berada di tingkat atas.

“Dalam laporan tersebut juga menyebutkan, rata-rata perhari pengguna internet Indonesia menghabiskan waktu 8 jam 36 menit mengakses internet, 3 jam 26 menit diantaranya digunakan mengakses media sosial. Aktifnya warga di jejaring media sosial bisa menjadi peluang bisnis. Karena itu, dibanding menggunakan media sosial sebagai tempat galau atau berkeluh kesah, lebih baik millenial memanfaatkan media sosial untuk berjualan, promosi, iklan, maupun hal positif lainnya yang bisa menambah keuntungan ekonomi,” tutur Bamsoet.

Tak hanya sekadar menjadi penikmat media sosial, Wakil Ketua Umum KADIN ini juga mengajak millenial yang terkenal dengan kreasi dan inovasi, bisa bergerak bersama membuat media sosial karya anak bangsa. Seperti halnya telah dilakukan DPR RI melalui DPR NOW, maupun Nadiem Makarim melalui GO-JEK yang telah menjadi platform transportasi digital terbesar, bukan hanya di Indonesia melainkan juga dunia. Bahkan pada tahun 2017, GOJEK menempati urutan ke-17 dunia sekaligus satu-satunya perusahaan dari Asia Tenggara, sebagai perusahaan yang mampu mengubah dunia.

“Di bidang travel dan perjalanan, Indonesia punya Traveloka dan tiket.com, e-commerce ada Tokopedia, Bukalapak, dan lainnya. Kita merindukan para millenial dengan kreatifitas, kepercayaan diri, dan saling keterhubungannya bisa melahirkan aplikasi sosial media sejenis facebook, youtube, maupun twitter dari Indonesia. Sebagaimana yang sudah ditunjukan China melalui aplikasi REN REN, Alibaba, Baidu atau Yoku,” urai Bamsoet.

Terlebih, Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila ini mengingatkan, perang dagang antara Amerika dan China, sudah masuk kedalam perang ideologi. Dan, bukan tidak mungkin saat puncak ‘perang’ kedua negara tersebut terjadi, Amerika akan mematikan satelit, internet atau bahkan sosial media yang dimiliki. Padahal, pengguna aplikasi Youtube, Instagram, Twitter ataupun WhatsApp di Indonesia sangat tinggi.

“Bayangkan kalau mereka matikan itu semua. Indonesia jadi bingung. Karena kita terlalu bergantung pada network asing. Karenanya, Saya mendorong anak bangsa membuat platform digital teknologi nya sendiri. Jika millenial Indonesia sudah bergerak, saya yakin dunia akan berguncang,” pungkas Bamsoet. (*)

Leave a Reply